1. Analisis
Resiko dalam Penganggaran Modal
Manajemen
Resiko Proyek
Adalah
sebuah proses sistematis untuk merencanakan, mengidentifikasi, menganalisis,
dan merespon resiko proyek. Manajemen resiko proyek meliputi aspek
teknik, dan non teknik. Contoh aspek teknik misalnya adalah hal-hal yang
berhubungan dengan item pekerjaan. Contoh aspek non teknik misalnya adalah
hubungan antara proyek dengan lingkungan dan masyarakat sekitar, dengan
pemerintah, dan lain-lain. Tujuan dari manajemen resiko proyek adalah (C.
Duffield & B. Trigunarsyah, 1999) :
·
Membatasi kemungkinan-kemungkinan dari ketidakpastian
·
Membuat langkah-langkah yang lebih mengarah pada
tindakan proaktif dibandingkan reaktif dalam memandang kemungkinan ancaman dan
kerugian yang besar.
·
Membatasi kerugian dan ketidakpastian pada stake
holder
·
Menjaga kesinambungan program operasi, sehingga tidak
terganggu dengan kejadian-kejadian yang belum terantisipasi sebelumnya.
·
Menjalankan program manajemen risiko secara efektif
sehingga mempunyai pengaruh yang menguntungkan dan bukan menimbulkan biaya
baru.
Di dalam manajemen resiko proyek, ada beberapa proses yang terlibat
didalamnya, yaitu :
- Perencanaan manajemen resiko
- Identifikasi resiko.
- Analisis resiko kualitatif
- Analisis resiko kuantitatif .
- Perencanaan respon terhadap resiko
- Pengendalian dan monitoring
resiko
2. Risiko
Proyek
Resiko
proyek adalah peristiwa tidak pasti yang bila terjadi akan memiliki efek
positif atau negatif terhadap tujuan proyek (bisa berupa biaya, waktu, mutu,
ruang lingkup). Resiko mungkin memiliki satu atau lebih penyebab, yang bila
terjadi memiliki satu atau lebih dampak. Resiko memiliki 3 unsur utama
didalamnya,
1. kejadian
2. akibat
3. kemungkinan
3. Analisis
Sensitivitas
Dalam
analisis sensitivitas, hanya satu
variable yang berubah (sisanya dianggap tetap). Analisis ini merupakan bagian
dari analisis skenario yang menghitung efek dari perubahaan beberapa variable
tertentu atas NPV. Semakin besar perubahan NPV terkait dengan perubahan satu
variable tersebut, makin besar resikonya atas variable tersebut, sehingga kita
harus semakin banyak mengawasi proyeksinya.
Untuk
melakukan analisis sensivitas, pertahankan semua proyeksi kecuali satu
proyeksi; ubah proyeksinya dan lihat seberapa peka arus kas terhadap
perubahannya (terutama untuk perubahan yang drastic). Pakailah kondisi terburuk
atau terbaik untuk variable yang dipilih.
4. Analisis
Skenario
Pada
analisis ini , kita melihat apa yang akan terjadi terhadap NPV pada beberapa
scenario arus kas yang berbeda. Analisa ini dimulai dengan membuat perhitungan
pada kondisi dasar (base-case) yang paling mungkin tercapai lalu dihitung arus
kas yang lebih rendah (lower-case) dan
lebih tinggi (upper-case) dari kondisi tersebut. Skenario ini paling sedikitnya
mencakup kondisi :
·
Terbaik (best case) :
pendapatan tinggi, biaya rendah
·
Terburuk (worst case) :
pendapatan rendah, biaya tinggi
·
Perhitungan terhadap range kemungkinan terjadinya.
Kondisi terbaik dan terburuk tidak
semestinya terjadi, namun kondisi ini masih mungkin terjadi.
Jika, dalam
kebanyakan keadaan, arus kas proyeksi terdiskonto yang dihasilkan mampu
menutupi pengeluarannya, maka kita
memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa Nilai Sekarang Neto (NPV) nya akan
positif. Jika tidak, akan sulit untuk mengartikan scenario nya.
5. Analisis
Break even
·
Pengertian Analisi Break Even
Analisa break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan
antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Adapun
pengertian – pengertian Break Even Point menurut para ahli:
1. Menurut
S. Munawir ( 2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh
laba dan tidak menderita rugi ( total penghasilan = total biaya)
2. Menurut
Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost volume profit
analysis
3. Menurut
Purba (2002) Titik impas (break even point) berlandaskan pada pernyataan
sederhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mengahsilkan produk tersebut.
4. Menurut
PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila
telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan
tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugiaan.
5. Menurut
Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan
penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan biaya total
penjualan sehingga tidak ada laba atau rugi
6. Menurut
Garrison dan Noreen 92004) break even point adalah tingkat penjualan yang
diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut
laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk
menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya
operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan fungsi
dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan
berdasrkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung
langsung dengan penjualan bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut
barang.
·
Komponen
yang berperan pada BEP
Komponen yang berperan pada BEP yaitu biaya, biaya yang dimaksud adalah
biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkan atau
menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang
mudah dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak
produksi maka tidak ada biaya ini.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai
dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin
dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut,yaitu:
1. Menekan
biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan
tingkat harga, kualitas dan kuantitas.
2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
3. Meningkatkan volume kegiatan semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
http://feuh-kel11.blogspot.co.id/2013/10/penganggaran-modal.html
http://retnarindayani.blogspot.co.id/2012/11/penganggaran-modal-undercertainty.html
http://catatanwawan92.blogspot.co.id/2014/05/makalah-penganggaran-modal.html
http://feuh-kel11.blogspot.co.id/2013/10/penganggaran-modal.html
http://retnarindayani.blogspot.co.id/2012/11/penganggaran-modal-undercertainty.html
http://catatanwawan92.blogspot.co.id/2014/05/makalah-penganggaran-modal.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar