Senin, 12 Desember 2016

Analisis Risiko dalam Penganggaran Modal


1.      Analisis Resiko dalam Penganggaran Modal

Manajemen Resiko Proyek

Adalah sebuah proses sistematis untuk merencanakan, mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon resiko proyek.  Manajemen resiko proyek meliputi aspek teknik, dan non teknik. Contoh aspek teknik misalnya adalah hal-hal yang berhubungan dengan item pekerjaan. Contoh aspek non teknik misalnya adalah hubungan antara proyek dengan lingkungan dan masyarakat sekitar, dengan pemerintah, dan lain-lain. Tujuan dari manajemen resiko proyek adalah (C. Duffield & B. Trigunarsyah, 1999) :

·          Membatasi kemungkinan-kemungkinan dari ketidakpastian
·          Membuat langkah-langkah yang lebih mengarah pada tindakan proaktif dibandingkan reaktif dalam memandang kemungkinan ancaman dan kerugian yang besar.
·          Membatasi kerugian dan ketidakpastian pada stake holder
·          Menjaga kesinambungan program operasi, sehingga tidak terganggu dengan kejadian-kejadian yang belum terantisipasi sebelumnya.
·          Menjalankan program manajemen risiko secara efektif sehingga mempunyai pengaruh yang menguntungkan dan bukan menimbulkan biaya baru.

Di dalam manajemen resiko proyek, ada beberapa proses yang terlibat didalamnya, yaitu :
  1. Perencanaan manajemen resiko
  2.  Identifikasi resiko.
  3.  Analisis resiko kualitatif 
  4. Analisis resiko kuantitatif .
  5.  Perencanaan respon terhadap resiko
  6. Pengendalian dan monitoring resiko

2.      Risiko Proyek

Resiko proyek adalah peristiwa tidak pasti yang bila terjadi akan memiliki efek positif atau negatif terhadap tujuan proyek (bisa berupa biaya, waktu, mutu, ruang lingkup). Resiko mungkin memiliki satu atau lebih penyebab, yang bila terjadi memiliki satu atau lebih dampak. Resiko memiliki 3 unsur utama didalamnya, 

1. kejadian 
2. akibat
3. kemungkinan

3.      Analisis Sensitivitas

Dalam analisis sensitivitas,  hanya satu variable yang berubah (sisanya dianggap tetap). Analisis ini merupakan bagian dari analisis skenario yang menghitung efek dari perubahaan beberapa variable tertentu atas NPV. Semakin besar perubahan NPV terkait dengan perubahan satu variable tersebut, makin besar resikonya atas variable tersebut, sehingga kita harus semakin banyak mengawasi proyeksinya.

Untuk melakukan analisis sensivitas, pertahankan semua proyeksi kecuali satu proyeksi; ubah proyeksinya dan lihat seberapa peka arus kas terhadap perubahannya (terutama untuk perubahan yang drastic). Pakailah kondisi terburuk atau terbaik untuk variable yang dipilih.

4.      Analisis Skenario

Pada analisis ini , kita melihat apa yang akan terjadi terhadap NPV pada beberapa scenario arus kas yang berbeda. Analisa ini dimulai dengan membuat perhitungan pada kondisi dasar (base-case) yang paling mungkin tercapai lalu dihitung arus kas yang lebih rendah (lower-case)  dan lebih tinggi (upper-case) dari kondisi tersebut. Skenario ini paling sedikitnya mencakup kondisi :

·          Terbaik (best case)      : pendapatan tinggi, biaya rendah
·          Terburuk (worst case) : pendapatan rendah, biaya tinggi
·          Perhitungan terhadap range kemungkinan terjadinya.

Kondisi terbaik dan terburuk tidak semestinya terjadi, namun kondisi ini masih mungkin terjadi.

Jika, dalam kebanyakan keadaan, arus kas proyeksi terdiskonto yang dihasilkan mampu menutupi  pengeluarannya, maka kita memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa Nilai Sekarang Neto (NPV) nya akan positif. Jika tidak, akan sulit untuk mengartikan scenario nya.

5.      Analisis Break even

·          Pengertian Analisi Break Even
Analisa break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.

Adapun pengertian – pengertian Break Even Point menurut para ahli:
1.    Menurut S. Munawir ( 2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi ( total penghasilan = total biaya)

2.    Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost volume profit analysis

3.    Menurut Purba (2002) Titik impas (break even point) berlandaskan pada pernyataan sederhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mengahsilkan produk tersebut.

4.    Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugiaan.

5.    Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan biaya total penjualan sehingga tidak ada laba atau rugi

6.    Menurut Garrison dan Noreen 92004) break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasrkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.

·          Komponen yang berperan pada BEP

Komponen yang berperan pada BEP yaitu biaya, biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkan atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini.

Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut,yaitu:

1.       Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kuantitas.

2.       Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki. 

3.       Meningkatkan volume kegiatan semaksimal mungkin.

DAFTAR PUSTAKA 

http://feuh-kel11.blogspot.co.id/2013/10/penganggaran-modal.html
http://retnarindayani.blogspot.co.id/2012/11/penganggaran-modal-undercertainty.html
http://catatanwawan92.blogspot.co.id/2014/05/makalah-penganggaran-modal.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar