BAB 14
PENGERTIAN DAN PENTINGNYA MODAL
KERJA
Terdapat
dua konsep tentang modal kerja yang sering dipergunakan,yaitu :
1. Modal
kerja kotor atau Gross working capital
Modal
kerja kotor adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Dengan
demikian seluruh komponen ativa lancar seperti kas, piutang dan persediaan
merupakan modal kerja perusahaan.
2. Modal
kerja bersih atau Net working capital
Modal
kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Dengan
demikian bagian aktiva lancar yang diperuntukkan membayar utang tidak termasuk
modal kerja bersih perusahaan. Dengan kata lain modal kerja bersih merupakan
modal kerja yang benar-benar dipergunakan untuk operasional perusahaan bukan untuk
membayar utang.
Modal
kerja secara langsung berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan perusahaan
sehari-hari. Ada beberapa alasan yang dikemukakan, mengapa manajemen modal
kerja dianggap penting, di antaranya adalah:
1. Dalam
perusahaan manufaktur, sebagian besar aktivanya merupakan aktiva lanacar.
Dengan demikian mengingat jumlah investasi dalam modal kerja cukup besar, maka
perlu dikelola dengan baik.
2. Ditinjau
dari kegiatan manajer keuangan suatu perusahaan, lebih dari separuh waktunya
tiap hari dialokasikan untuk mengelola aktiva lancar. Hal ini menunjukkan bahwa
manajemen modal kerja penting untuk menjaga kelancaran kegiatan perusahaan
sehari-hari.
JANGKA WAKTU MODAL KERJA
Periode
perputaran modal kerja dimulai dari saat uang kas diinvestasikan dalam unsure-unsur
model kerja sampai pada saat dana tersebut kembali lagi menjadi kas. Semakin
pendek periode terikatnya uas kas pada masing-masing komponen modal kerja,
berarti semkain cepat perputaran modal kerja tersebut. Perputaran modal kerja
suatu perusahaan tergantung pada jenis perusahaan, kebijaksanaan pembelian dan
kebijaksanaan penjualan dari perusahaan tersebut. Perputaran modal kerja secara
kasar dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
-
Perputaran modal kerja =
= ... kali

-
Modal kerja rata-rata = 

-
Periode terikat modal kerja =
× 1 hari

Secara
lebih spesifik perputaran modal kerja dapat dihitung dari perputaran
masing-masing komponen modal kerja, sebagai berikut:
Perusahaan Dagang
a. Modal
kerja terikat pada barang dagangan
Perputaran
barang dagangan = 

Periode
terikat modal kerja =
× 1 hari

pada
barang dagangan
b. Modal
kerja terikat pada piutang
Perputaran
piutang =
= ... Kali

Periode
terikat modal kerja =
× 1 hari

pada
piutang
Perusahaan pabrikan
a. Modal
kerja terikat pada bahan baku:
Perputaran
bahan baku =
= ... Kali

Periode
terikat modal kerja =
× 1 hari

pada
bahan baku
b. Modal
kerja terikat pada proses dalam proses:
Perputaran
barang dalam proses =
= ... Kali

Periode
terikat modal kerja =
× 1 hari

pada
barang dalam proses
c. Modal
kerja terikat pada barang jadi:
Perputaran
barang jadi =
= ... Kali

Periode
terikat modal kerja =
× 1 hari

pada
barang jadi
d. Modal
kerja terikat pada piutang:
Perputaran
piutang =
= ... Kali

Periode
terikat modal kerja =
× 1 hari

pada
piutang
Jadi
periode terikat modal kerja secara keseluruhan adalah:
-
Terikat pada bahan baku = a hari
-
Terikat pada barang dalam proses = b hari
-
Terikat pada barang jadi = c hari
-
Terikat pada piutang = d hari
Total
hari terikatnya modal kerja = a + b
+ c + d hari
KEBUTUHAN MODAL KERJA
Besar
kecilnya kebutuhan modal kerja dipengaruhi dua factor, yaitu:
·
Periode terikatnya modal kerja
·
Besarnya pengeluaran kas rata-rata
Kebutuhan
modal kerja = periode terikatnya modal kerja × pengeluaran kas rata-rata.
KEBIJAKAN INVESTASI MODAL KERJA
Kebijakan
yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah investasi dalam modal kerja
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Kebijakan
Konservatif
Perusahaan
yang menerapkan kebijakan investasi modal kerja konservatif akan mepertahankan
jumlah aktiva lancar yang relative besar untuk tingkat penjualan tertentu’
b. Kebijakan
Agresif
Perusahaan
yang menerapkan kebijakan investasi modal kerja agresif cenderung untuk
mempertahankan jumlah modal kerja yang relative kecil untuk tingkat penjualan
tertentu.
c. Kebijakan
Moderat
Perusahaan
yang menerapkan kebijakan investasi modal kerja moderat akan mempertahankan
jumlah modal kerja yang lebih kecil dari kebijakan modal agresif untuk tingkat
penjualan tertentu.
Masing-masing
kebijakan investasi modal kerja tersebut mempunyai kelemahan dan kebaikan.
Kebijakan mana yang sebaiknya dipilih oleh suatu perusahaan, tergantung pada
karakteristik manajer dan karakteristik perusahaan masing-masing.
Bagi
manajer yang kurang berani mengambil risiko akan cenderung untuk memilih
kebijakan yang konservatif dan sebaliknya bagi manajer yang berani mengambil
risiko akan cenderung memilih kebijakan bagi manajer.
KEBIJAKAN PEMBELANJAAN MODAL KERJA
Kebijakan
pembelanjaan modal kerja berkaitan dengan penentuan jenis sumber dana yang akan
dipakai untuk membelanjai investasi dalam modal kerja.
a. Kebijakan
pembelanjaan modal kerja konservatif.
Dalam
kebijakan pembelanjaan modal kerja konservatif seluruh aktiva lancar yang
bersifat permanen dan sebagian aktiva lancar variabel dibelanjai dengan sumber
dana jangka panjang, hanya sebagian kecil aktiva lancar variabel dibelanjai
dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan konservatif mempunyai risiko
rendah, karena jangka waktu sumber dana lebih panjang dari kebutuhan, dan
probabilitas rendah karena biaya sumber modal sumber dana jangka panjang
umumnya lebih mahal dari dana jangka pendek. Kebijakan ini juga menimbulkan
adanya dana yng menganggur pada waktu tertentu, sehingga menekan probabilitas
perusahaan.
b. Kebijakan
pembelanjaan modal kerja moderat.
Dalam
kebijakan pembelanjaan modal kerja moderat, seluruh aktiva lancar variabel
dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek, sedangkan aktiva lancar permanen
seluruhnya dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang. Kebijakan ini
mempunyai risiko dan probabilitas yang cukup.
c. Kebijakan
pembelanjaan modal kerja agresif.
Dalam
kebijakan pembelanjaan modal kerja agresif seluruh aktiva lancar variabel dan
sebagian aktiva lancar permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek,
sedangkan sebagian lagi aktiva lancar permanen dibelanjai dengan sumber dana
jangka panjang. Kebijakan ini mempunyai risiko yang tinggi karena jangka waktu
sumber dana lebih pendek dari jangka waktu kebutuhan dana, dan probabilitas
juga tinggi karena biaya modal sumber dana jangka pendek lebih kecil
dibandingkan dengan sumber dana jangka panjang.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
PEMBELANJAAN JANGKA PENDEK
Ketiga
kebijakan pembelanjaan yang telah dijelaskan, dibedakan oleh jumlah relatif
sumber dana jangka pendek (utang jangka pendek) yang dipergunakan pada
masing-masing kebijakan tersebut. Walaupun utang jangka pendek pada umumnya
memiliki risiko yang lebih tinggi dari pada utang jangka panjang, akan tetapi
penggunaan utang jangka pendek juga mempunyai sejumlah keuntungan, di
antarannya:
·
Kecepatan
Utang
jangka pendek pada umumnya dapat diperoleh dalam waktu yang lebih cepat
dibandingkan dengan utang jangka panjang. Untuk utang jangka panjang kreditur
biasanya perlu melakukan penilaian yang lebih mendalam terhadap calon
debiturnya dan perjanjian kreditnya perlu dinyatakan secara terperinci, karena
banyak hal yang bisa terjadi dalam periode waktu yang panjang.
·
Fleksibilitas
Jika
perusahaan membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat musiman,
perusahaan barang kali tidak ingin terikat dengan untang jangka panjang karena:
-
Biaya untuk memperoleh pinjaman jangka
panjang lebih mahal dari pada pinjaman jangka pendek,sekalipun pinjaman jangka
panjang dapat dilunasi sebelum jatuh tempo namun sering harus membayar pinalti
yang kadang-kadang lebih mahal. Pinjaman jangka panjang biasanya disertai
dengan persyaratan yang dapat membatasi aktivitas perusahaan di masa yang akan
datang.
-
Suku bunga utang pendek pada umumnya
lebih rendah dari pada suku bunga utang jangka panjang. Dengan demikian dalam
kondisi yang normal biaya bunga pada saat dana diperoleh akan lebih rendah jika
menggunakan utang jangka pendek dibandingkan dengan utang jangka panjang.
Sekalipun
utang jangka pendek biayanya lebih murah dari pada utang jangka panjang, tetapi
lebih besar dibandingkan dengan utang jangka panjang. Hal ini terjadi karena:
-
Jika perusahaan menggunakan utang jangka
panjang, maka biaya bunganya akan relatif stabil untuk jangka waktu yang
relatif panjang, sedangkan bila perusahaan menggunakan utang jangka pendek
biaya bunganya akan sangat berfluktuasi
-
Jika perusahaan terlalu banyak
mempergunakan utang jangka pendek, dapat terjadi perusahaan mengalami kesulitan
untuk memenuhi kewajibannya sehingga pihak kreditu tidak bersedia untuk
memperpanjang pinjaman.
DAFTAR PUSTAKA
Sudana, I Made.2011. Manajemen Keuangan Teori dan Praktik. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar