Selasa, 13 Desember 2016

KEBIJAKAN INVESTASI DAN PEMBELANJAAN MODAL KERJA

BAB 14

PENGERTIAN DAN PENTINGNYA MODAL KERJA

Terdapat dua konsep tentang modal kerja yang sering dipergunakan,yaitu :
1.      Modal kerja kotor atau Gross working capital
Modal kerja kotor adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian seluruh komponen ativa lancar seperti kas, piutang dan persediaan merupakan modal kerja perusahaan.
2.      Modal kerja bersih atau Net working capital
Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Dengan demikian bagian aktiva lancar yang diperuntukkan membayar utang tidak termasuk modal kerja bersih perusahaan. Dengan kata lain modal kerja bersih merupakan modal kerja yang benar-benar dipergunakan untuk operasional perusahaan bukan untuk membayar utang.
Modal kerja secara langsung berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan perusahaan sehari-hari. Ada beberapa alasan yang dikemukakan, mengapa manajemen modal kerja dianggap penting, di antaranya adalah:
1.      Dalam perusahaan manufaktur, sebagian besar aktivanya merupakan aktiva lanacar. Dengan demikian mengingat jumlah investasi dalam modal kerja cukup besar, maka perlu dikelola dengan baik.
2.      Ditinjau dari kegiatan manajer keuangan suatu perusahaan, lebih dari separuh waktunya tiap hari dialokasikan untuk mengelola aktiva lancar. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen modal kerja penting untuk menjaga kelancaran kegiatan perusahaan sehari-hari.
JANGKA WAKTU MODAL KERJA
Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat uang kas diinvestasikan dalam unsure-unsur model kerja sampai pada saat dana tersebut kembali lagi menjadi kas. Semakin pendek periode terikatnya uas kas pada masing-masing komponen modal kerja, berarti semkain cepat perputaran modal kerja tersebut. Perputaran modal kerja suatu perusahaan tergantung pada jenis perusahaan, kebijaksanaan pembelian dan kebijaksanaan penjualan dari perusahaan tersebut. Perputaran modal kerja secara kasar dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
-          Perputaran modal kerja           =           = ... kali
-          Modal kerja rata-rata               =          
-          Periode terikat modal kerja      =   × 1 hari
Secara lebih spesifik perputaran modal kerja dapat dihitung dari perputaran masing-masing komponen modal kerja, sebagai berikut:
Perusahaan Dagang
a.       Modal kerja terikat pada barang dagangan
Perputaran barang dagangan               =
Periode terikat modal kerja                 =  × 1 hari
pada barang dagangan
b.      Modal kerja terikat pada piutang
Perputaran piutang                              =  = ... Kali
Periode terikat modal kerja                 =  × 1 hari
pada piutang
Perusahaan pabrikan
a.       Modal kerja terikat pada bahan baku:
Perputaran bahan baku                        =  = ... Kali
Periode terikat modal kerja                 =  × 1 hari
pada bahan baku


b.      Modal kerja terikat pada proses dalam proses:
Perputaran barang dalam proses         =  = ... Kali
Periode terikat modal kerja                 =  × 1 hari
pada barang dalam proses

c.       Modal kerja terikat pada barang jadi:
Perputaran barang jadi                        =  = ... Kali
Periode terikat modal kerja                 =  × 1 hari
pada barang jadi


d.      Modal kerja terikat pada piutang:
Perputaran piutang                              =  = ... Kali
Periode terikat modal kerja                 =  × 1 hari
pada piutang
Jadi periode terikat modal kerja secara keseluruhan adalah:
-          Terikat pada bahan baku                     = a hari
-          Terikat pada barang dalam proses       = b hari
-          Terikat pada barang jadi                     = c hari
-          Terikat pada piutang                           = d hari

Total hari terikatnya modal kerja        = a + b + c + d hari
KEBUTUHAN MODAL KERJA
Besar kecilnya kebutuhan modal kerja dipengaruhi dua factor, yaitu:
·         Periode terikatnya modal kerja
·         Besarnya pengeluaran kas rata-rata
Kebutuhan modal kerja = periode terikatnya modal kerja × pengeluaran kas rata-rata.
KEBIJAKAN INVESTASI MODAL KERJA
Kebijakan yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah investasi dalam modal kerja dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a.       Kebijakan Konservatif
Perusahaan yang menerapkan kebijakan investasi modal kerja konservatif akan mepertahankan jumlah aktiva lancar yang relative besar untuk tingkat penjualan tertentu’
b.      Kebijakan Agresif
Perusahaan yang menerapkan kebijakan investasi modal kerja agresif cenderung untuk mempertahankan jumlah modal kerja yang relative kecil untuk tingkat penjualan tertentu.
c.       Kebijakan Moderat
Perusahaan yang menerapkan kebijakan investasi modal kerja moderat akan mempertahankan jumlah modal kerja yang lebih kecil dari kebijakan modal agresif untuk tingkat penjualan tertentu.
Masing-masing kebijakan investasi modal kerja tersebut mempunyai kelemahan dan kebaikan. Kebijakan mana yang sebaiknya dipilih oleh suatu perusahaan, tergantung pada karakteristik manajer dan karakteristik perusahaan masing-masing.
Bagi manajer yang kurang berani mengambil risiko akan cenderung untuk memilih kebijakan yang konservatif dan sebaliknya bagi manajer yang berani mengambil risiko akan cenderung memilih kebijakan bagi manajer.
KEBIJAKAN PEMBELANJAAN MODAL KERJA
Kebijakan pembelanjaan modal kerja berkaitan dengan penentuan jenis sumber dana yang akan dipakai untuk membelanjai investasi dalam modal kerja.
a.       Kebijakan pembelanjaan modal kerja konservatif.
Dalam kebijakan pembelanjaan modal kerja konservatif seluruh aktiva lancar yang bersifat permanen dan sebagian aktiva lancar variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, hanya sebagian kecil aktiva lancar variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan konservatif mempunyai risiko rendah, karena jangka waktu sumber dana lebih panjang dari kebutuhan, dan probabilitas rendah karena biaya sumber modal sumber dana jangka panjang umumnya lebih mahal dari dana jangka pendek. Kebijakan ini juga menimbulkan adanya dana yng menganggur pada waktu tertentu, sehingga menekan probabilitas perusahaan.
b.      Kebijakan pembelanjaan modal kerja moderat.
Dalam kebijakan pembelanjaan modal kerja moderat, seluruh aktiva lancar variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek, sedangkan aktiva lancar permanen seluruhnya dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang. Kebijakan ini mempunyai risiko dan probabilitas yang cukup.
c.       Kebijakan pembelanjaan modal kerja agresif.
Dalam kebijakan pembelanjaan modal kerja agresif seluruh aktiva lancar variabel dan sebagian aktiva lancar permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek, sedangkan sebagian lagi aktiva lancar permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang. Kebijakan ini mempunyai risiko yang tinggi karena jangka waktu sumber dana lebih pendek dari jangka waktu kebutuhan dana, dan probabilitas juga tinggi karena biaya modal sumber dana jangka pendek lebih kecil dibandingkan dengan sumber dana jangka panjang.  
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PEMBELANJAAN JANGKA PENDEK
Ketiga kebijakan pembelanjaan yang telah dijelaskan, dibedakan oleh jumlah relatif sumber dana jangka pendek (utang jangka pendek) yang dipergunakan pada masing-masing kebijakan tersebut. Walaupun utang jangka pendek pada umumnya memiliki risiko yang lebih tinggi dari pada utang jangka panjang, akan tetapi penggunaan utang jangka pendek juga mempunyai sejumlah keuntungan, di antarannya:
·         Kecepatan
Utang jangka pendek pada umumnya dapat diperoleh dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan utang jangka panjang. Untuk utang jangka panjang kreditur biasanya perlu melakukan penilaian yang lebih mendalam terhadap calon debiturnya dan perjanjian kreditnya perlu dinyatakan secara terperinci, karena banyak hal yang bisa terjadi dalam periode waktu yang panjang.
·         Fleksibilitas
Jika perusahaan membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat musiman, perusahaan barang kali tidak ingin terikat dengan untang jangka panjang karena:
-          Biaya untuk memperoleh pinjaman jangka panjang lebih mahal dari pada pinjaman jangka pendek,sekalipun pinjaman jangka panjang dapat dilunasi sebelum jatuh tempo namun sering harus membayar pinalti yang kadang-kadang lebih mahal. Pinjaman jangka panjang biasanya disertai dengan persyaratan yang dapat membatasi aktivitas perusahaan di masa yang akan datang.
-          Suku bunga utang pendek pada umumnya lebih rendah dari pada suku bunga utang jangka panjang. Dengan demikian dalam kondisi yang normal biaya bunga pada saat dana diperoleh akan lebih rendah jika menggunakan utang jangka pendek dibandingkan dengan utang jangka panjang.
Sekalipun utang jangka pendek biayanya lebih murah dari pada utang jangka panjang, tetapi lebih besar dibandingkan dengan utang jangka panjang. Hal ini terjadi karena:
-          Jika perusahaan menggunakan utang jangka panjang, maka biaya bunganya akan relatif stabil untuk jangka waktu yang relatif panjang, sedangkan bila perusahaan menggunakan utang jangka pendek biaya bunganya akan sangat berfluktuasi
-          Jika perusahaan terlalu banyak mempergunakan utang jangka pendek, dapat terjadi perusahaan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya sehingga pihak kreditu tidak bersedia untuk memperpanjang pinjaman.


 DAFTAR PUSTAKA


Sudana, I Made.2011. Manajemen Keuangan Teori dan Praktik. Penerbit Erlangga: Jakarta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar